Senin, 17 Januari 2011

Hari ini 14 Tahun yang lalu... (27 Juli 1996)

Pagi itu sekitar pukul 5.30, aku terbangun karena suasana terdengar agak gaduh dan tegang.
beberapa kawan yg tidur disebelahku juga ikut terbangun, dengan rasa kantuk masih menggantung dan rasa malas untuk bangkit. Kami cepat2 membereskan tempat tidur tidak sempat mandi, masuk kekamar mandi bergantian, lalu bergegas menuju Stasiun Univ Pancasila yg terlihat masih sunyi dan lengang. saat itu sekelebat terbayang kekacauan yg menandai permulaan hari ini..

Dengan rasa tegang, khawatir dan bercampur rasa marah kami menunggu KRL (kereta Rel Listrik) Jabotabek yg beberapa menit kemudian tiba dan berhenti di stasiun itu. dengan bergegas kami segera masuk ke KRL yg sudah dipadati orang2 yg akan menuju ketempat kerja dan aktifitasnya pagi itu.

Setelah melewati beberapa Stasiun, akhirnya KRL itu tiba di Stasiun Cikini, tampak suasana disekitar stasiun terlihat tegang, banyak sekali orang2 berpakaian Seragam Militer lengkap dengan senjata2 laras panjang dan Intel Sipil tampak berjaga2, mengawasi setiap orang yg turun dari KRL tersebut. kami tidak menghiraukan tatapan2 nanar yg tampak berjaga2 dan menyelidik setiap orang yg turun dan melewati Stasiun tsb.

Pemandangan dibawah jembatan Cikini pagi itu masih lengang dan sepi. Tapi ada sesuatu yg tidak biasa, yaitu banyak sekali terlihat aparat Polisi dan Militer AD bersenjata lengkap berjaga disetiap sudut jalan dan gedung2 disekitar jembatan layang dan JL.Diponegoro.

Beberapa saat kemudian aku lihat api kecil dan kepulan asap keluar dari Gedung yg berada di JL.Diponegoro 58 (kantor DPP PDI), beberapa saat kemudian orang2 mulai berdatangan dan bergerombol berdiri di Bawah jembatan cikini, mengingat Aparat menutup Akses jalan ke arah Gedung yg dari kejauhan tampak hancur-berantakan, sisa pertikaian pagi dinihari tadi. Sehingga aku dan masa rakyat yg bergeromol tidak bisa menembus menuju gedung yg tampak dijaga aparat dengan rapat seklai. Didepan gedung tsb msh terlihat segeromobolan org2 berkaus merah dengan selayer merah, berbadan tegap dan berambut cepak bertuliskan Pendukung Kongres Medan, berteriak2 penuh kemenangan. Sementara rintihan org2 yg didalam gedung dan bercak sisa2 darah masih menggenag di jalan itu. Kami yg tidak dapat menuju Kantor DPP PDI mulai menyadari, bahwa gedung itu telah direbut paksa, dan org2 yg bertahan semalam diserbu, dianiyaya, dipukuli dan beberapa dibunuh dg sadisnya oleh gabungan Preman berpakaian sipil dan Pasukan Militer lengkap dg Truk2 Militer dan Panser .

Beberapa jam kemudian massa yg berdatangan mulai bertambah, semakin membesar dan menyemut dibawah jembatan, terhalang utk masuk ke jalan Diponegoro, massa terlihat mulai emosional.
Beberapa kawan lalu membuat barisan dan Panggung Mimbar bebas tepat didepan Barikade Aparat. Pidato dari berbagai elemen mulai dilontarkan (PDI, PRD, MARI, PUDI, SMID, KIPP, PIJAR dll) yg intinya mengecam kebrutalan aparat saat melakukan perebutan paksa kantor DPP PDI, mendukung kepemimpinan Megawati, serta menolak Kongres Boneka PDI Soeryadi yg di Dukung oleh Jenderal Soeharto beserta Kroni2nya. Masa mulai meneriakan ABRI Pembunuh... Soeharto Dalangnya... Megawati Presiden Baru...
Beberapa kali Orator meminta aparat utk membuka Blokade, akan tetapi peringatan yg disampaikan berkali2 utk membuka blokade tdk digubris. beberapa kali massa secara spontan mencoba utk menembus Barikade aparat, tapi coba dicegah oleh kawan2 SMID dan PRD, mengingat barisan massa blm solid dan rapih. Semakin siang massa yang berdatangan terus bertambah, diperkirakan ada kira2 sekitar 70.000 - 100.000 massa, Menyemut mulai dari bawah jembatan Cikini sampai depan LBH Jakarta, sebagian berpencar2 sampai Salemba, juga melebar sampai depan pasar Cikini dan depan kantor DPP Golkar disebalah kanan, sementara mssa penduduk kampung Manggarai juga menyemut sampai Tugu Proklamasi disebelah kiri.

Massa yg mulai marah dan emosional akibat pembantaian yg terjadi dini hari tadi semakin membesar dan tidak terbendung lagi, Akhirnya tepat Pukul 15.00 massa yg tampak marah dan mulai emosional secara bersama2 mulai merapikan barisan, dg di Komando oleh Orator untuk mulai mengultimatum Aparat dengan menghitung satu... dua... tiga... Benturan, bentrokan, saling pikul, saling lempar dan akhirnya Chaos masal-pun tidak terhindarkan lagi....

Puluhan ribu Rakyat Jakarta mengamuk, bertarung dijalan2 melawan Tentara dan Polisi, suatu pemandangan yg menakjubkan dalam sejarah Indonesia Pasca 1965.
Mereka bersama2 bahu-membahu berusaha menembus Barikade. Sejurus kemudian aparat Militer tampak kewalahan dan Mundur ke belakang ke arah Gedung DPP PDI, ternyata disana Seribu lebih aparat dari berbagai kesatuan seperti Kodam Jaya, Kostrad, Brigiv I, Brimob dan Barisan Panser serta water canon telah bersiap maju, merangsek menghantam Rakyat Jakarta yg sedang mengamuk, bertarung di jalan2 dg senjata seadanya, Batu, bambu, Kayu, Besi dll.
Militer yg bersenjata lengkap (Pentungan, Gas Airmata, Bayonet, Pistol, Senapan, panser dll) perlahan2 mulai memukul mundur Barisan Massa, Perlawanan masa terpecah konsentarsinya menjadi 3 titik, sebagian terus melakukan perlawanan mundur kearah Tugu Proklamasi, sebagian mundur ke arah Pasar Cikini dan sebagian besar terus melawan dan melempari batu kearah serbuan aparat, sambil mundur kearah Salemba.

Beberapa saat kemudian, pertempuran jalanan antara Rakyat dan Tentara yg tadinya terkonsentrasi di JL.Diponegoro mulai meluas ke Salemba, Pramuka, Senen, manggarai, sekitar TIM. beberapa Massa yg marah mulai membakar Gedung Persit Kartika Chandra yg berada didepan Kampus UI Salemba, sebagai luapan kekesalanya terhadap Tentara dan Rejim Orba. Rakyat yg marah terus melakukan perlawanan di jalan2 dan gank2 sempit antara Perempatan Pramuka, Berland, Salemba, Paseban hingga ke Senen. perlawana yg memecahkan kebekuan panjang itu berlangsung sampai tengah malam, hingga keesokan harinya, dikampung2 miskin kota Jakarta..

Api yg tadinya hanya menyala kecil di Jl.Diponegoro 58, beberapa jam kemudian berkobar menyala dan makin membesar, melanda hampir sebagian besar Jakarta Pusat. tak terbayangkan peristiwa semacam ini sebelumnya, di Jantung Kota tempat Bertahtanya Jenderal Soeharto yg menjalankan pemerintahanya secara Represif dan Militeristik, selama 30 tahun diatas mayat Jutaan Orang yg menjadi Tumbal kekejamanya, Mereka yg lama tertidur lelap, hari itu mulai menggeliat dan bangkit melakukan perlawanannya.

27 Juli 1996, 14 tahun yg lalu merupakan Tonggak sejarah awal Perlawanan Massa Rakyat di Indonesia dan utamanya Rakyat Jakarta, dalam upayanya menggulingkan Rejim Otoriterianisme Orba, yg pd akhirnya sejarah mencatat, perjuangan tsb mengalamai klimaksnya pada tahun2 1998 dan sesudahnya...

Bagiku dan kawan2, Peristiwa itu merupakan Tembakan Salvo bagi proses perburuan, pengejaran dan penuh ketegangan selama bertahun2, hingga situasi Politik sedikit mereda dikemudian hari...

Selama masa2 itu aku menyaksikan dg mata kepalaku sendiri, Telah Banyak Korban meninggal, hilang, cacat, luka2, trauma psikologis, sakit mental dll akibat kekejaman sebuah Rejim yg mengatas namakan Rust and Order (Stabilitas)..

Aku tundukan kepala yg sedalam2nya untuk Para Martir, Kawan2 yg dg gagah berani telah dan pernah menyumbangkan miliknya utk Orang banyak...



Blitar, 27 Juli 2010

Tidak ada komentar:

Posting Komentar